Green Leaders Indonesia: Kolaborasi 200 Milenial untuk Kelestarian Lingkungan
- Azul Zulfa
- May 29, 2021
- 3 min read
Updated: Oct 11, 2021
Generasi milenial dan Z memiliki kesadaran dan pengetahuan terhadap isu lingkungan hidup maupun kejahatan lingkungan hidup (WALHI, 2021). Temuan ini memberikan optimisme akan peran pemuda dalam penyelamatan lingkungan di tengah semakin meningkatnya bencana yang bersumber dari kerusakan lingkungan di Indonesia.
Bentuk keterlibatan pemuda diwujudkan dalam beragam ekspresi yang kontekstual dan kekinian seperti berkampanye melalui media sosial, merubah gaya hidup yang ramah lingkungan, sampai berada pada posisi terdepan dalam melawan pelaku-pelaku kejahatan lingkungan. Dalam berbagai kesempatan, pemerintah menyakini bahwa bonus demografi yang menghasilkan banyak usia produktif akan memberikan dampak yang signifikan bagi perbaikan lingkungan hidup dan pembangunan Indonesia menuju 2045. Namun, terbatasnya ruang partisipasi pemuda dalam agenda-agenda penyelematan lingkungan merupakan potret yang harus diminimalisir oleh negara.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai institusi yang memiliki tanggungjawab untuk menjaga, memanfaatkan, dan merestorasi lingkungan yang telah rusak telah memetakan sektor-sektor yang menjadi prioritas dalam pemulihan lingkungan untuk mencegah ‘tragedy of commons’ yang terdiri dari sektor gambut, hutan, persampahan, energi, sampai perubahan iklim.
Potret Lingkungan Indonesia
Meskipun gambut berperan dalam mencegah pemanasan global, berdasarkan data Badan Restorasi Gambut tahun 2016, Indonesia hanya memiliki 10 persen dari 27 juta hektar lahan gambut di Asia Tenggara. Kebakaran merupakan penyebab utama lahan gambut terus berkurang luasnya. Pemberian konsesi-konsesi secara massif bagi perusahaan-perusahaan kelapa sawit dan kertas adalah penyebab utama kebakaran yang akhirnya memberikan dampak negatif bagi warga negara maupun komunitas internasional.
Sebagai negara beriklim tropis, hutan Indonesia memiliki peran yang signifikan bagi keberlanjutan masa depan bumi. Luasnya yang terus berkurang, mengharuskan pemerintah untuk tidak hanya menjadikan hutan sebagai objek yang harus dieksploitasi secara ‘ugal-ugalan’ demi meraih sumber daya finansial. Untuk melestarikan, memperbaiki, dan mengetahui potensi hutan, negara harus menghasilkan kebijakan yang konsisten dalam melindungi hutan.
Komitmen di atas juga harus diwujudkan dalam konteks yang lebih luas. Partisipasi Indonesia dalam konvensi-konvensi internasional seperti United Nations Framework Convention on Climate Change adalah satu wujud komitmen menanggulangi bencana global yang mengancam umat manusia. Diratifikasinya Perjanjian Paris ke dalam Undang-Undang No. 16 tahun 2016 menunjukkan sinyal positif bahwa negara berkomitmen dalam penyelesaian krisis iklim. Namun, tanpa implementasi yang terukur dan konsisten untuk mengejar target nol emisi di tahun 2060 merupakan tantangan yang lebih sulit dibandingkan menuliskan target-terget di atas kertas.
Pemerintah telah memetakan potensi-potensi energi terbarukan yang sangat besar untuk menggantikan ketergantungan dan dampak negatif yang diciptakan oleh energi fosil. Namun, keterbatasan terknologi, ilmu pengetahuan, serta komitmen yang kuat dari pembuat kebijakan menyebabkan sektor energi terbarukan mengalami stagnasi dalam realisasi.
Semakin meningkatnya jumlah penduduk menimbulkan satu masalah baru yang memberikan efek serius bagi masyarakat dan lingkungan. Pengelolaan sampah yang baik adalah kunci menghasilkan masyarakat yang sehat dan lingkungan yang kondusif.
Bermitra dengan Pemuda
Sejak revolusi industri di akhir abad 19, dunia telah mengalami lompatan kemajuan teknologi yang memudahkan pekerjaan umat manusia. Pada saat yang bersamaan, perkembangan industri dan teknologi memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi lingkungan. Kehadiran teknologi mestinya tidak memunggungi dan menghancurkan lingkungan. Ia harus berjalan beriringan untuk memberikan manfaat seluas-seluasnya bagi masyarakat dan lingkungan.
Generasi yang lahir pada medio 80-an hingga awal 2000-an dianggap sebagai kelompok yang paling melek akan penggunaan teknologi. Membekali mereka dengan penguasaan teknologi dan pengetahuan terhadap lingkungan adalah satu keharusan demi menciptakan bumi yang berkelanjutan bagi generasi-generasi di masa depan. Kelak, kita akan semakin sering melihat dan mendengar ada banyak pemuda yang mengalokasikan waktu senggangnya untuk menanam pohon, mengurangi penggunaan kantong plastik, berkampanye dan menyemai gagasan untuk merawat alam serta berpartisipasi aktif dalam perumusan kebijakan yang pro terhadap lingkungan.
Penulis:
1. Advento Delahoya Rahangmetan
2. Alhafiz Atsari
3. Arofatuz Zulfa Zakiyyah
4. Cucu Suprapto
5. Dafa Nurhaliza
6. Endah Setyaningsih
7. Irvan Wike Aprisa
8. Ramlan
9. Susandro Frima Sitorus
10. Wilda Cahyani Sipayung
11. Zulpikar
12. Silvi Insyani Ma'rifati Shofi
Comments