Hari Tasyrik

Hari Tasyrik adalah hari dilarangnya berpuasa, yaitu 3 hari setelah hari raya Idul Adha (11,12,13 Dzulhijah). Hari Tasyrik disebut juga hari makan dan minum, artinya bersyukur dalam menikmati santapan hewan qurban.

Meski ini merupakan hari makan dan minum, nyatanya tidak semua orang bisa melakukannya. Ada beberapa orang yang tubuhnya menolak makanan yang datang bukan hanya karena sekedar tidak berselera. Maka di titik begitu bukankah dapat kita lihat? Sekedar makanan bisa tercerna dan tidak ditolak oleh tubuh saja itu adalah kenikmatan, apalagi jika anda punya keinginan makan a,b,dan c dan bisa memakannya.

Namun, dalam makan pun ada yang perlu kita perhatikan. Kita akan kembali kepada yang dasar yaitu tujuan makan. Selama ini, apa tujuan kamu melakukan aktivitas makan? Saya rasa tiap orang akan punya jawabannya masing-masing dan tentunya beragam tiap orangnya. Tapi 1 hal alasan mengapa manusia tetap makan, yaitu karena kebutuhan tubuh untuk hidup. Jika kita ingat akan hal ini, maka kita tidak akan lagi makan secara rakus, cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita saja. Kita akan memperhatikan gizi karena tau tujuan ini juga, atau saat tidak berselera makan kita akan tetap menjalankan aktivitas makan karena tau tujuan ini.

Di hari tasyrik, penulis coba berefleksi terhadap hikmah tentang makan, tentunya ada banyak hikmah lainnya juga yang bisa kita peroleh di hari ini seperti berbagi, ikhlas, tawakal, dll. Kesimpulannya, bersyukur itu sangatlah luas, bersyukur akan metabolisme tubuh dalam mencerna makanan adalah salah satunya. Maka makanlah karena tubuhmu memerlukannya, jangan dzolimi tubuhmu; Makanlah secukupnya sesuai porsi yang tubuhmu perlukan tidak berlebih dan tidak kurang; Puasa lah di hari-hari biasa sebagai sedekah mu kepada tubuhmu untuk Allah Yang Maha Esa. Bukankah seharusnya kita bersyukur karena Allah sudah menciptakan tubuh manusia dan proses-proses metabolisme di dalamnya seindah ini?

Menyambut terbit,

Suatu kota.